Rabu, 05 Januari 2011
Kemunduran Islam
Diposting oleh
Levi Yamani
di
03.21
PENDAHULUAN
Islam telah mencapai puncak kejayaan, terutama pada masa dinasti Abbasiyyah dan Umayyah di Andalusia. Pada masa itu ilmu pengetahuan berkembang sangat luas dan pesat. Kebudayaan Islam membaur dengan berbagai kebudayaan lain menghasilkan peradaban baru yang rasional, maju, dan berpandangan luas. Hal ini terus didukung dengan perluasan wilayah yang dilakukan Islam, sehingga Islam semakin kaya dan unggul.
Masa keemasan Islam pada zaman dinasti Abbasiyyah ini, berhasil mencetak pemikir-pemikir Islam yang diakui hasil pemikirannya hingga kini. Hal ini cukup membuktikan betapa berkembangnya pola pikir rasional kala itu. Terutama pada masa-masa Dinasti Fathimiyyah di Mesri. Dinasti ini merupakan Dinasti Syiah Isma’iliyyah yang mendirikan sebuah Universitas yang berlandaskan ada rasionalisme. Al-Azhar yang diambil dari nama Az-Zahro ibunda dari para Imam Syiah. Untuk mengantisipasi meluasnya ajaran Syiah, Khalifah Abbasiyyah waktu itu, Malik Syah, memerintahkan kepada wazirnya, Nizam al-Mulk, untuk mendirikan universias serupa. Kemudian didirikanlah Madrasah Nizamiyyah. Madrasah ini kemudian menjadi pusat pembelajaran tekstualis, karena pihak Islam Sunni tidak sependapat dengan budaya rasionalis Syiah. Rasionalisme merosot dari dunia Islam, ditambah lagi dihancurkannya Dinasti Fathimiyyah oleh Shalahuddin al-Ayyubi semakin menghilangkan wadah rasionalitas dalam Islam.
Tekstualitas berkembang, Islam mengalami kemunduran. Ini merupakan awal dimana Islam mengalami kemunduran—meskipun pada masa Dinasti Utsmani kembali mengalami kejayaan, tetapi tidak sebesar pada masa Abbasiyyah. Sebagaimana rasionalitas di Barat (Yunani) yang kemudian beradu dengan metode tekstualis gereja, menyebabkan redupnya ilmu pengetahuan di Barat itu sendiri. Pada akhirnya, Barat harus menyusun kembali puing-puing ilmu pengetahuan mereka melalui dunia Islam.
Kejayaan Utsmani tidak berlangsung singkat walaupun tidak cukup kuat untuk melawan kebangkitan Eropa. Kebangkitan Eropa Barat dari keterpurukan masa lampau menyerang kejayaan Islam. Sementara Islam sendiri masih terbuai oleh kekuasaan turun-temurun yang mereka nikmati. Kekuasaan menutup mata hati mereka yang menyebabkan mereka beranggapan bahwa kekuasaan adalah segala-galanya. Perebutan kekuasaan terjadi tanpa bisa dicegah, pertikaian antarkeluarga demi sebua singgasana bukan hal yang asing pada masa kekuasaan Islam. Hal ini dikarenakan para pemimpin pada masa itu, tidak benar-benar menempatkan hukum Islam sebagai hukum negara. Bahkan mereka sendiri melanggar hal-hal prinsip dalam Islam.
Kemunduran Islam ini dikarenakan inkopempetensi atau fatalisme Islam seperti anggapan bahwa orang Eropa angkuh. Politik agraris memiliki rentang usia yang terbatas, dan negara-negara muslim, yang mewakili kejayaan terakhir cita-cita agraris telah sampai pada sebuah akhir yang alami dan tak terelakkan. Pada periode pramodern, imperium barat dan Kristen juga mengalami kemunduran dan kejatuhan. Negara-negara Islam telah runtuh sebelumnya, pada tiap kesempatan, muslim mampu bangkit dari puing seperti burung Phoenix dan meneruskan langkah untuk mencapai prestasi yang lebih besar. Tapi pada saat itu, hal demikian sungguh berbeda. Kelemahan muslim pada akhir abad 18 bertepatan dengan munculnya sejenis peradaban yang seluruhnya berbeda di Barat dan saat ini dunia muslim akan merasa jauh lebih sulit untuk memenuhi tantangan itu.
Sinar gemilang menerangi Eropa, mereka berupaya mengejar kembali kejayaan masa lampau yang telah terkubur seiring dengan kebangkitan Islam. Apakah ini giliran Eropa kembali untuk berada di puncak kejayaan? Benarkah Islam hanya salah satu pemegang tongkat estafet yang kemudian kehilangan kendali atas tongkat itu, setelah menyerahkannya pada pelari selanjutnya? Ataukah Islam hanya berperan sebagai pembuka gerbang ilmu pengetahuan dan Eropa yang harus meneruskannya?
PEMBAHASAN
Renaisans
Islam telah bersinggungan dengan Barat sejak masa Rasulullah. Diawali dengan perintah Rasulullah untuk menggedor kekuasaan Romawi yang pongah pada masa itu. Sejak itu, Islam mulai berhubungan dengan Eropa, mulai dari perang perebutan wilayah dan kekuasaan hinga Islam menduduki Andalusia di kawasan Eropa. Eropa pernah sangat berjasa pada dunia pengetahuan Islam. Pemikir Islam pada masa kejayaan ilmu pengetahuan Islam kebanyakan merujuk pada para filosof dari Yunani. Penerjemahan besar-besaran terjadi di dunia Islam. Karya-karya klasik Yunani yang ditolak di negara asalnya ditampung oleh umat Islam dan diperlakukan dengan lebih baik. Ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat, diiringi penemuan-penemuan baru di berbagai bidang pengetahuan.
Pada masa kejayaan Islam, Barat sedang terpuruk dalam ‘zaman kegelapan’. Ilmu pengetahuan berhenti berkembang dan tidak ada gerakan pembaruan sama sekali. Akan tetapi, sekitar abad 12-13 Eropa Barat mulai menggeliat dari hibernasi panjang (Armstrong, 2002: 191). Islam yang hidup di Andalusia, Spanyol sejak awal abad ke 8, memancing kebangkitan Eropa. Budaya Rasionalitas yang dibawa Islam di Andalusia ditularkan kepada orang-orang Eropa melalui diskusi-diskuis ilmu pengetahuan. Bahkan Islam mendirikan Universitas Cordoba sebagai wadah pendidikan di sana. Pelajar Eropa yang pada waktu itu mulai menyadari kejayaan masa lampaunya yang hilang, ‘terampas’ oleh Islam, mempelajari warisan masa lalu mereka. Rujukan asli dari karya-karya filosof Yunani telah dilenyapkan oleh Imperium Romawi, sehingga mau tidak mau Eropa harus mempelajarinya kembali melalui Islam.
Kemudian Eropa mulai kebangkitannya, Renaissance, pada waktu itu perkembangan ilmu pengetahuan telah nampak sangat pesat di Eropa. Para ilmuwan menemukan berbagai penemuan baru, mengubah sistem pemerintahan yang telah berlaku, serta menggeser kekuasaan mutlak gereja. Perjalanan membelah lautan mulai dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Perjalanan tidak lagi menggunakan jalur yang telah diciptakan oleh umat muslim, tetapi melalui jalur-jalur yang mereka temukan sendiri. Eropa memulai kembali debutnya di dunia.
Eropa berhadapan dengan Imperium Usmani pada awal kebangkitannya. Sayangnya Usmani kala itu telah jatuh sakit, sehingga mendapat julukan The Sick Man of Europe (Yatim, 2004: 174). Kebangkitan Eropa dan perlawanannya kepada Usmani beberapa kali mendapat perlawanan, tetapi tidak mampu menghentikan laju pertumbuhan Eropa. Wilayah-wilayah Usmani mulai dikuasai oleh Eropa satu per satu. Bahkan wilayah-wilayah yang mayoritasnya Kristen, seperti Serbia, dengan sengaja memohon bantuan Eropa untuk melepaskan diri dari Imperium Usmani. Usmani semakin sakit hingga pada masa kejatuhannya ia bersekutu dengan salah satu negara Eropa, Jerman, dalam perang dunia I, dan kemudian mengalami kekalahan.
Masyarakat Eropa mengalami sesuatu yang kemudian dikenal dengan nama modernisasi. Penemuan-penemuan baru di berbagai bidang menghasilkan Revolusi Industri di Inggris pada abad 18. Modernisasi masyarakat melibatkan perubahan sosial dan intelektual. Kata kuncinya adalah efisiensi: suatu penemuan atau suatu masyarakat/pemerintahan harus terlihat bekerja secara efektif (Armstrong, 2002: 192). Instrumen utama modernitas barat adalah ekonomi dan politik. Dimulai dari cita-cita membentuk suatu negara yang demokratis, pluralis, toleransi, menjunjung tinggi kebebasan HAM, dan sekularis—yang walalupun bukan impian indah para ilmuwan politik tetapi sebagian didikte oleh berbagai kebutuhan negara modern. Perindustrian dan ide-ide modernitas kemudian ditularkan oleh Eropa kepada negara muslim yang merupakan negara-negara agraris konvensional, dan mau tidak mau muslim harus menyesuaikan diri.
Ini adalah konsekuensi fatal bagi dunia Islam. Sifat progresif masyarakat modern dan perekonomian industri berarti keharusan melakukan perluasan terus-menerus (Armstrong, 2002: 193). Pasar harus meluas dan hal ini berbanding lurus dengan kebutuhan bahan baku. Hal ini menuntut partisipasi dari negara-negara agraris konvensional untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Perjalanan menyeberangi lautan dilakukan untuk menemukan penghasil bahan baku bagi kebutuhan produksi mereka. Dan kolonisasi atas dunia Islam pun dimulai.
Penjajahan
Eropa mulai dan terus memperluas wilayahnya. Selain untuk mendapatkan bahan baku untuk industri di negaranya, juga bertujuan menanamkan ide-ide modernisme ke masyarakat luas. Negara-negara muslim menjadi sasaran utama jajahan. Hal ini dikarenakan peradaban yang sudah maju di dunia Islam sebelumnya, akan lebih mudah menerima ide-ide baru modernisme. Ditambah lagi, sistem pertanian yang telah maju menyebabkan dunia Islam di jazirah Arab diangga produsen yang produktif untuk Eropa.
Penjajahan yang dilakukan oleh Eropa berbeda dengan jenis ekspansi yang dilakukan Islam. Eropa tidak hanya menduduki suatu wilayah untuk dimasukkan dalam daftar wilayah kekuasaan saja, tetapi juga ingin menjadikan negara itu seperti negara penjajahnya, misalnya Perancis yang menjajah Tunisia, maka Perancis ingin menjadikan Tunisia sebagai Perancis 2—setiap kebijakan dan cara pandang sama dengan Perancis. Negara jajahan Eropa tidak berhak mengatur pemerintahnya sendiri, penjajah ikut campur dalam politik internal negeri jajahan. Ekspansi Islam ke daerah yang telah ada penguasa sebelumnya hanya menawarkan untuk menjadi Islam atau membayar upeti secara berkala, pilihan lainnya perang. Akan tetapi, pemerintah muslim tidak akan ikut campur dalam urusan politik internal wilayah tersebut.
Wilayah-wilayah yang melepaskan diri dari kekuasaan Usmani mulai menjadi koloni dari negara-negara Eropa. Dimulai sekitar tahun 1800 hingga tahun 1860, Eropa menanamkan pemerintahan reformis di dunia Muslim Arab (Hourani, 2004: 513) . Kekuatan ekonomi dan politik Eropa ditarik lebih dekat ke jantung dunia Muslim Arab, tetapi di daerah-daerah tersebut masih terdapat beberapa kebebasan bersikap, sebagian disebabkan kepentingan dari negara-negara Eropa yang berlawanan menghambat setiap negara untuk bergerak terlalu jauh (Hourani, 2004: 524).
Motif penjajahan
Motif utama penjajahan yang dilakukan oleh Eropa adalah politik dan ekonomi. Dalam hal politik, Eropa ingin menanamkan cita-cita politik yang dimilikinya dan memmperluas jaringan ekonomi yang tengah dibangunnya. Politik ideologi yang ingin dibangun oleh Eropa: demokrasi, prinsip kebebasan, dan Sekulerisme. Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan buatan manusia yang menjauhi nilai-nilai ketuhanan. Demokrasi dengan slogan, dari untuk dan oleh rakyat, merupakan salah satu bentuk sekularisasi dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasi berusaha melepaskan diri dari ikatan wahyu dan agama demi kebebasan dan menetukan hukumnya sendiri. Kebebasan HAM yang diusung oleh Eropa adalah kebebasan. Kebebasan yang dimaksudkan adalah kebebasan dalam beragama, berpendapat, kepemilikan dan tingkah laku. Sekularisme adalah paham yang membedakan antara kehidupan duniawi dari agama.
Prinsip-prinsip yang ingin ditanamkan oleh Barat pada dunia Islam merupakan prinsip-prinsi yang sekuler secara mendasar. Sebagaimana kita ketahui bahwa revolusi Barat (Eropa) berawal dari pemberontakan terhadap kekuasaan gereja yang mutlak dan tekstualis.
Penanaman nilai-nilai Kristen kepada negara-negara yang dijajah merupakan konsekuensi yang hampir tidak mungkin dihindarkan. Misionaris Kristen berdatangan, para Pastor atau Pendeta dan utusan-utusan gereja berangkat bersama kapal dagang dan menyebarluaskan kepercayaan mereka kepada masyarakat. Misi ini kemudian menjadi salah satu motifasi penjajahan Barat atas dunia Islam.
Selain itu, Eropa merasa dirinya sebagai ras manusia unggul yang lebih berhak menguasai dunia dibandingkan Islam. Kejayaan masa lampau yang berhasil diraih oleh Yunani meyakinkan mereka, bahwa mereka mampu mencapai hal itu lagi.
Bentuk penjajahan
Barat yang sedang memulai kawasan industrinya, membutuhkan bahan baku yang sangat banyak demi memenuhi kebutuhan pasar, dan pasar akan terus berkembang seiring dengan perjalanan Eropa ke berbagai wilayah dunia. Maka penjajahan dimulai dengan kerjasama kongsi-kongsi dagang, antara Eropa dengan wilayah-wilayah produsen bahan mentah.
Ketika kelompok dagang Eropa telah lebih kuat, maka mereka mulai menekan para penguasa dan pemilik tanah. Pemilik tanah dipaksa untuk menanam tanaman tertentu—hanya yang dibutuhkan oleh industri Eropa—dan dipaksa menjualnya dengan harga yang sangat rendah. Reaksi mereka beragam, kebanyakan penguasa kemudian bersembunyi di balik ketiak Sang kolonialis, sementara pemilik tanah tidak mampu berbuat apa-apa.
Tindakan kolonial tidak hanya ikut campur dalam urusan kenegaraan saja, tetapi bahkan mulai menguasai politik negeri setempat. Mereka melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan keinginan mereka, membuat peraturan-peraturan yang menguntungkan mereka tanpa peduli bahwa hal itu merugikan rakyat, pajak yang tinggi contohnya, dan tindakan-tindakan lainnya. Kini wilayah yang mandiri itu tidak lagi menjadi sebuah wilayah bebas yang mandiri, tetapi sebuah wilayah dibawah kendali kolonialis Eropa.
Penaklukkan Eropa dimulai dari negeri-negeri yang jauh dari pusat kekuasaan Usmani. Dalam hal ini, berarti wilayah-wilayah di Afrika, Asia Tengah, Timur dan Tenggara. Wilayah-wilayah ini sangat jauh dari kontrol Usmani, sehingga memudahkan Barat untuk menguasainya tanpa perlu mendapat perlawanan dari pihak Usmani.
Penaklukan yang dilakukan oleh negara-negara Barat antara lain adalah (Yatim, 2004: 177, 182-3):
1511 Portugis mendarat di Semenanjung Malaya dan menguasai Samudra Pasai
1512 Spanyol mendarat di Maluku dan memonopoli perdagangan di kawasan itu.
Abad 16 Belanda, Inggris, Denmark, dan Perancis mendarat di Asia Tenggara
Abad 16-19 Penjajahan Belanda atas Nusantara
1820 Oman dan Qatar berada di bawah protektorat Inggris
1830-1857 Penaklukan Aljazair oleh Perancis
1839 Aden dikuasai Inggris
1881-1883 Tunisia diserbu Perancis
1882 Mesir diduduki Inggris
1898 Sudan ditaklukkan Inggris
1900 Chad diserbu Perancis
Pada abad ke20 M Italia dan Spanyol ikut bersama Inggris dan Perancis memperebutkan wilayah-wilayah di Afrika.
1960 Kesultanan muslim di Nigeria utara menjadi protektorat Inggris
1912-1913 Kesultanan Tripoli dan Cyrenaica diserbu Italia
1912 Marokko diserbu Perancis dan Spanyol
1914 Kuwait di bawah protektorat Inggris
1919-1921 Sisilia wilayah Turki diduduki Perancis
1920 Irak menjadi protektorat Inggris
1920 Syria dan Libanon di bawah mandat Perancis
1926-1927 Perebutan seluruh Somalia oleh Italia
Sementara itu, Rusia menggerogoti wilayah-wilayah muslim di Asia Tengah, terutama setelah ia berhasil mengalahkan Turki Usmani yang berakhir dengan Perjanjian San Stefano dan Perjanjian Berlin. Satu per satu pula negeri-negeri muslim jatuh ke tangan Rusia, seperti tergambar dalam daftar berikut:
1834-1859 Pencaplokan Kaukasia oleh Rusia
1853-1865 Serbuan pertama Rusia di Khoakand dan jatuhnya Tashkent
1866-1872 Daerah-daerah sekitar Samarkand dan Bukhara ditaklukkan Rusia
1873-1887 Uzbekistan ditaklukkan Rusia
1941-1946 Pendudukan Anglo Rusia di Iran.
Akibat penjajahan dunia Islam sekarang
Islam sekarang mulai menyadari bahwa ga harus tekstualis. Budaya barat bisa diambil yang baik2 untuk diterapkan dan diserasikan dengan hukum isalm (cope with)
Sekularisme yang semakin berkembang di dalam dunia islam, yang sebelumnya tidak pernah berkembang. Politik tidak pernah menjadi pengalaman religius kristen yang sentral. Dan memang, yesus mengatakan bahwa kerajaan nya bukan di dunia ini, selama berabad-abad, yahudi eropa menarik diri dari keterlibatan politik sebagai sebuah masalah prinsip. Tetapi politik bukan masalah sekunder bagi islam kita telah melihat bahwa islam menjadi theater bagi pencarian keagamaan mereka, politik adalah masalah nilai penting yang tertinggi, dan sepanjang abad 20 ada sebuah upaya untuk menciptakan sebuah negara islam sejati.
KESIMPULAN
Penyebab kemunduran Islama adalah hilangnya budaya rasionalitas, sehingga Islam terjebak dalam stagnansi ilmu pengetahuan. Disamping itu, kesombongan Muslim yang kala itu sedang berada di puncak kejayaan menyebabkan kejatuhannya, sebagaimana iblis yang karena kesombongannya dibuang ke neraka.
Motif utama penjajahan Eropa atas dunia Islam adalah ekonomi dan politik. Selain itu pihak gereja melakukan gerakan misionaris, keinginan Barat untuk mengulang kegemilangan masa Yunani sebagai Bangsa besar yang berkuasa di dunia.
Kolonialisasi Barat atas dunia Islam dimulai melalui jalur perdagangan, dorongan kuat perdagangan ini adalah revolusi industri yang menyebabkan Barat perlu melakukan produksi besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan pasar. Setelah itu, Barat mulai menyusup ke pemerintahan negeri koloninya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)