Sabtu, 01 Mei 2010

Penciptaan Manusia

Penciptaan manusia adalah hal yang penting untuk kita ketahui, apakah manfaat daari pengetahuan kita mengenai penciptaan diri kita sendiri? Atau apakah ini hanya sebuah ilmu pengetahuan tentang penciptaan dan hanya sekedar ilmu tanpa adanya manfaat untuk diri kita sendiri. Karena pada dasarnya orang yang Allah swt sebut sebagai masyarakat yang jahiliyah pun mengetahui siapa yang menciptakan langit dan bumi

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. 29:61)

Karena mengetahui tanpa mengetahui hikmah dari penciptaan adalah kosong untuk jiwa manusia, sedangkan yang Allah swt jelaskan di dalam Al-Quran adalah ilmu yang tidak hanya sebagai informasi agar kita mengetahui tetapi mempunyai banyak hikmah yang terkandung dan banyak manfaat untuk kita ambil pelajaran untuk proses penciptaan tersebut.

Allah menciptakan manusia dengan proses berarti ada proses dalam penciptaan manusia tersebut, yaitu Allah swt menciptakan manusia dari tanah

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (QS. 23:12)

Tanah adalah unsur yang ada dibawah sedangkan manusia yang Allah ciptakan adalah Allah swt tinggikan derajat manusia lebih dari makhluknya yang lain walaupun manusia hanya tercipta dari sebongkal tanah liat. Tapi itu hanya manusia dari segi materialnya. Di zaman jahiliyah memandang tanah sebagai sesuatu yang hina dan memandang bahwa bagian dahi adalah bagian yang paling terhormat dari manusia maka celaan yang paling hina di zaman itu adalah “semoga dahimu dilumuri oleh tanah” maka dari itulah Allah swt memerintahkan kepada kita untuk sujud diatas tanah agar penghambaan dan ibadah kita kepadanya secara totalitas yaitu tidak menganggap diri kita lagi tapi hanya Allah swt tujuan kita maka dari itu kita harus merendahkan diri kita serendah-rendahnya. Sujud diatas tanah juga mengingatkan kita bahwa betapa rendahnya kita yang hanya diciptakan dari tanah dan agar mengiangatkan kita tentang kematian bahwa kita diciptakan dari tanah dan akan kembali lagi ke tanah maka dari itu dengan sujud diatas tanah kita menutup semua pandangan kita ke dunia luar yang kita lihat hanya tanah tempat dahi kita bersujud maksudnya yang kita lihat hanya kelemahan dan kerendahan diri kita dihadapan Allah swt.

Air juga menjadi unsur dari tanah tersebut seperti firman Allah swt di ayat berikut,

Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa (QS.25:54)

Jika kita melihat fungsi air didalam kehidupan kita sekarang ini maka kita akan mendapatkan bahwa air adalah sebagai sesuatu yang menghidupkan. Bumi dapat hidup makhluk hidup karenaa adanya air yang begitu banyak di bumi dan di planet lain tidak adanya makhluk hidup karena tidak terdapat air didalamnya. Air dalam menciptakan manusia jika dapat kita ambil pelajaran adalah kehidupan dan rahmat Allah swt yang telah Allah swt berikan kepada manusia sehingga manusia dapat mempunyai keturunan dan kekerabatan.

Setelah tanah dan air (ada juga yang berpendapat setelah tanah dan air Allah swt memasukkan unsur debu) maka mementuklah tanah liat sebagai bahan dasar dari penciptaan manusia.

Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. (QS.37:11)

Tanah liat merupakan sesuatu yang dapat dibentuk maka dari itulah manusia dapat mempunyai bentuk yang sempurna dibanding makhluk lainnya karena tubuh manusia adalah tubuh yang sempurna dan bentuk dari manusia juga adalah sempurna sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS.32:7)

Lalu membentuk saripati lalu menjadi pendengaran,penglihatan dan hati Allah menjelaskan,

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS.32:8-9)

Manusia Allah swt ciptakan dari sesuatu yang hina dan Allah angkat manusia dengan meniupkan roh nya yang membuat manusia memiliki unsur ilahiah yang membuat derajat manusia dan kedudukan manusia lebih tinggi dibanding makhluk Allah swt lainnya. Menurut banyak ulama yang dimaksud dengan pendengaran,penglihatan dan hati adalah “Akal”. Manusia sedikit sekali bersyukur karena sesungguhnya manusia telah diberikan akal tetapi tidak bersyukurnya manusia adalah karena manusia jarang menggunakan akalnya tetapi justru hawa nafsunya yang mengendalikan akalnya. “semua manusia memiliki akal tetapi sedikit sekali manusia yang berakal”

Allah telah menciptakan manusia dari tanah (bumi) maka Allah swt menjadikan manusia sebagai pemakmurnya, seperti yang Allah swt firmankan pada ayat berikut,

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS.11:61)

Jika bumi sekarang telah rusak dan tidak seimbang lagi sebagaimana yang Allah swt ciptakan berarti kerusakannya adalah karena disebabkan oleh perbuatan tangan manusia karena rumah akan rusak jika penghuninya yang tinggal dirumah itu mempunyai sifat merusak begitu juga yang terjadi di bumi Allah swt telah memberi tanggung jawab untuk kita tinggal dan menjadikan manusia sebagai pemakmur bumi

Penciptaan manusia mempunyai banyak hikmah untuk dapat kita ambil pelajaran, karena kita mengetahui manusia adalah mikrokosmos di dalam diri manusia ada dunia yang jika kita ingin menelitinya tidak akan ada habisnya kita temukan sesuatu yang baru. Tubuh manusia yang kecil ini terdiri dari berbagai aspek dan memiliki 2 unsur yaitu material dan spiritual maka dari itu tidak ada seorangpun sampai detik ini menyatakan “aku telah menguasai semua hal yang terdapat pada diri manusia” karena ilmu kedokteran yang mempelajari segi material dari manusia setiap zaman akan mengalami peningkatan dan belom dapat menguasai pengetahuan mengenai manusia dari segi materialnya. Segi spiritual di dalam jiwa manusia jauh lebih besar dari materialnya karena pada hakikatnya manusia adalah jiwa spiritualnya karena tubuh manusia hanya bersifat sementara. Penjelasan Murtadha Muthahhari mengenai nafs

Dan Nafs serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada Nafs itu kefasikan dan ketaqwaannya (QS 91:7-8)

Ruh Ilahi yang merupakan unsur Ketuhanan menarik Nafs kepada ketaqwaan, sebaliknya Jasad yang mewakili unsur materi menariknya kepada kefasikan. Jadi seluruh gerak dan tindak tanduk manusia didorong oleh dua macam kekuatan yang berusaha mempengaruhi Nafs tadi. Nafs yang condong kepada Ruh Ilahi mengarahkan aktivitasnya kepada taqwa, inilah yang disebut Nafs Insani. Adapun Nafs yang ditarik oleh unsur jasadinya kepada kefasikan disebut Nafs Basyari. Nafs Basyari mendorong manusia berbuat dan bertindak berdasarkan kecenderungan jasadinya (fisiknya), seperti makan minum, berhubungan seks dan segala aktivitas yang juga dilakukan oleh hewan. Karena itu Murtadha Muthahhari juga menyebutnya dengan Nafs hewani (diri hewani). Tatkala Iblis membangkang untuk bersujud kepada Adam, ia berkata: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia (basyar) yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk!” (QS 15 : 33). Iblis menggunakan kata basyar mengacu kepada penciptaan jasad manusia. Ia tertipu dan terhijabi oleh kecongkakannya sehingga ia melupakan bahwa manusia telah disempurnakan Allah dengan Ruh-Nya: “Dan telah Kutiupkan ke dalam (jasad)-nya Ruh-Ku”(QS 15:29)

Ada secercah cahaya Ilahi dalam diri manusia. Seluruh manusia termasuk Nabi saww juga sama memiliki kedua macam Nafs ini. Allah SwT memerintahkan kepada Nabi saww untuk mengatakan kepada manusia bahwa dari sisi basyari-nya beliau memang sama seperti manusia lainnya. “Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia (basyar) seperti kamu” (QS 18:110) Dalam banyak kesempatan Nabi saww berkata kepada khalayak manusia : “Aku ini juga manusia seperti kalian, makan, minum, berkumpul dengan isteri dan berjalan di pasar-pasar”. Namun kita tidak bisa menilai Rasulullah saww hanya dari sisi basyari-nya saja, seperti yang dilakukan oleh kaum Wahabi-Salafi.

Jangan kau seperti Iblis, Hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam. Lihatlah di balik lumpur, beratus-ratus ribu taman yang indah! (Mawlawi Rumi, Diwan i Syams 18226)

Menilai Nabi saww atau orang-orang suci hanya dari sisi basyariyahnya saja merupakan suatu kesalahan yang besar dan berbahaya. Anda bisa lihat bagaimana Iblis menilai Adam as, bukanlah dia hanya melihat Adam dari sisi tanah-nya dan melupakan sisi Ruh Allah-nya.

Karena bangga diri dan buta hati Seperti Iblis, manusia-manusia ini tak lagi memuliakan orang suci Katanya, “Bagi Tuhan saja, sujud kupersembahkan.” Pada mereka Adam memberikan jawaban: “Sujud kepadaku ini untuk-Nya Kalian melihatnya berupa dua sujud Karena ketersesatan dan keingkaran!” (Mawlawi Rumi, Diwan i Syamsi 9605-9606)

Sesungguhnya kecenderungan Nafs Basyari ini tidak seluruhnya buruk. Maksudnya adalah bahwa selama kecenderungan-kecenderungan ini diletakkan pada proporsi yang semestinya, Allah justru memberi pahala untuknya, tetapi jika kecenderungan ini keluar dari batas-batas yang proporsional maka hal inilah yang dicela agama.

Diriwayatkan oleh Abu Dzar ra bahwa para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saww tentang hubungan sebadan antara suami isteri. “Bukankah kita merasakan nikmatnya, ya Rasulullah. Mengapa kita masih mendapat pahala juga?” Beliau menjawab: “Bukankah bila kamu menyalurkannya di jalan yang haram kamu berdosa?” sahabat menjawab, “Ya” Rasul berkata lagi, “Begitu juga kamu akan diberi pahala jika menyalurkannya pada jalan yang halal!”

setiap manusia dalam dirinya telah dikaruniai oleh Tuhan sebuah jiwa (hati). Dengan jiwa tersebut, setiap orang bebas memilih sikap; bereaksi positif atau negative, benar atau salah, berhenti atau melanjutkan, marah atau sabar reaktif atau proaktif, baik atau buruk. Suara hati inilah yang akan membimbing dan menuntun manusia dalam menentukan sebuah pilihannya. Istilah hati dalam bahasa Arab sering disebut Qalb, menurut Jalaluddin Rahmat Qalb mempunyai dua makna: qalbdalam bentuk fisik dan qalb dalam bentuk ruh. Dalam arti fisik, qalb dapat diterjemahkan sebagai “jantung”. Dalam hubungan inilah Nabi SAW. Bersabda, “Di dalam tubuh itu ada Mudhghah, asda suatu daging; yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu”. Dalam hal ini Mudghah sama dengan qalb.

Dalam satu riwayat Nabi Muhammad SAW, menjelaskan tentang peranan hati dalam ruhani manusia. Rasulullah Saw bersabda:

“Hati itu bagaikan raja, dan hati itu memiliki bala tentara, apabila raja itu baik, maka baiklah seluruh bala tentaranya, dan kalau hati itu rusak maka rusaklah seluruh bala tentaranya”.

Hati ibarat seperti panglima perang yang akan menentukan kalah dan menangnya peperangan, hati juga dapat diibaratkan sebagai jaksa yang memutuskan segala perkara. Apabila hatinya baik akan melahirkan kedamaian dan ketentraman dalam seluruh aspek kehidupan. Tapi, apabila hatinya rusak maka akan melahirkan kerusakan dunia yang merajalela.

Dengan demikian, sangat jelaslah peranan suara hati manusia akan menentukan segalanya. Ketika suara hati mengatakan ilmu pengetahuan harus digunakan bagi kemaslahatan manusia, maka kesejahteraan dan kemakmuran yang akan didapat. Tewtapi, ketika suara hati mengatakan ilmu pengetahuan akan digunakan untuk menindas dan menzolimi manusia, maka kehancuran yang didapat.

Murtadho Muthahhari] menegaskan bahwa, ilmu pengetahuan member penjelasankepada manusia ihwal alam fisik, ilmu pengetahuan juga member keahlian kepada manusia dalam menguasai alam fisik dan berkat ilmulah manusia menundukan alam fisik. Namun Iman (nilai-nilai kebenaran yang tersimpan dalam hati) dapat membuka sebuah pintu yang ilmu sekalipun tidak dapat membukanya

0 komentar to “Penciptaan Manusia”

Posting Komentar

Five-Star Ratings Control

 

Levi Yamani Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger